Laporan Praktikum
Fisiologi Ternak Dasar
PRAKTIKUM VII
Oleh:
Nama : Astrini Padapi
Stambuk : I311 08 279
Kelompok : III (Tiga)
Asisten : Junaedi
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada dasarnya menelan merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan oleh makhluk hidup supaya proses kehidupannya tetap berlangsung. Proses pencernaan berhubungan dengan proses menelan dimana merupakan mekanisme yang kompleks, dimana kelenjar ludah sangat berperan untuk memudahkan proses penelanan tersebut, kemudian makanan ke oesofagus karena kelenjar peristaltic lingkaran tersebut pada serabut otot di depan makanan mengendor dan yang di belakang berkontraksi, gelombang peristaltic mengantarkan bolus makanan ke lambung.
Urine merupakan bahan kimia yang tidak diperlukan lagi di dalam tubuh setelah mengalami penyaringan, pada saat urine mengalir melalui pembuluh-pembuluh kecil menuju ke pusat ginjal, urine dikumpulkan dalam piala ginjal, dari ginjal inilah mengalir urine melalui aliran ginjal kandungan kemih sampai tiba saatnya dikeluarkan dari dalam tubuh.
Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan dapat pada saat itu sama-sama melepaskan produk oksidasinya. Hal inilah yang mendasari dilakukannya praktikum mengenai proses menelan, respirasi, dan ekskresi urine pada mausia untuk melihat bagaimana pengaruh proses respirasi terhadap aktivitas menelan, proses-proses respirasi, dan jalannya sistem ekskresi dalam tubuh manusia.
Tujuan dan Kegunaan
A Respirasi
Tujuan dari praktikum mengenai respirasi adalah untuk melihat pengaruh berbagai aktivitas terhadap proses respirasi.
Kegunaan dari praktikum mengenai respirasi adalah agar kita dapat mengetahui cara menggunakan kymograph serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi.
B Proses Menelan
Tujuan dari praktikum mengenai proses menelan adalah untuk mengatahui hal-hal yang mempengaruhi proses menelan pada manusia.
Kegunaan dari praktikum mengenai proses menelan adalah agar kita mengetahui jalannya proses menelan pada manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
B. Ekskresi Urine
Tujuan dari praktikum mengenai ekskresi urine adalah untuk mengamati pengaruh bahan makanan terhadap warna, bau, dan berat jenis urine.
Kegunaan dari praktikum mengenai ekskresi urine adalah agar kita dapat mengetahui cara mengukur berat jenis urine serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekskresi urine.
METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai Proses Menelan, Ekskresi Urine, dan Respirasi dilaksanakan pada hari Sabtu, 3 April 2010 pukul 08.00 WITA sampai selesai bertempat di Laboratorium Fisiologi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum VII adalah gelas air minum, piring, sendok, dan kymograph.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air mineral, gula, biskuit gabin, teh, kopi, susu putih, susu coklat, pisang, tissue rol, dan kertas grafik.
Metode Praktikum
A. Siklus Respirasi
Respirasi pada berbagai kegiatan
Dengan drum kymograph pada kecepatan rendah, mencatat tingkat respirasi pada waktu posisi lari, duduk, dan berdiri masing-masing selama 1 menit.
A. Proses Menelan
1. Pengaruh pernapasan pada proses menelan
Mengisi mulut dengan air (jangan ditelan dulu) dan terus melakukan pernapasan seperti biasa, kemudian merasakan bagaimana efek respirasi terhadap proses menelan.
2. Proses menelan tidak mungkin tanpa bolus yang basah
Melakukan proses menelan beberapa kali tanpa ada sesuatu di mulut,kemudian merasakan pada saat menelan yang ke 4 – 5 maka kita akan terasa sukar menelan.
3. Bolus kering tak dapat ditelan
Mengeringkan mulut dengan kertas isap, lalu kemudian memasukkan serbuk biskuit gabin yang telah disiapkan. Selanjutnya, kita merasakan bahwa proses menelan sangat sulit bahkan tidak dapat terjadi.
4. Proses menelan dan terangkatnya larinx
Memegang erat-erat larinx dengan tangan kemudian mencoba menelan, maka kita akan meras kesulitan dalam menelan.
5. Menelan adalah proses yang aktif
Menjungkirkan badan dengan posisi kaki di atas kepala di bawah, lalu mencoba menelan pisang maka pisang yang kita makan akan sampai juga ke lambung
B. Ekskresi Urine
Menyiapkan beberapa macam minuman yang berbeda, yaitu air putih, air teh, air kopi, air susu putih, air susu cokelat, dan air gula. Kemudian praktikan baik pria dan wanita dari beberapa kelompok meminum air tersebut. Setelah itu menunggu sampai selang waktu 60 menit dan tidak boleh meminum apapun sebelum tenggang waktu tersebut. Setelah sampai tenggang waktu yang telah ditentukan praktikan mengeluarkan urine lalu mengamati warna, bau, berat jenis, dan volume urine tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Proses Respirasi
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil mengenai respirasi sebagai berikut :
Tabel 17. Hasil Pengamatan Frekuensi Pernafasan untuk Berbagai Aktivitas
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK | |||
FAKULTAS PETERNAKAN | |||
UNIVERSITAS HASANUDDIN | |||
MAKASSAR | |||
2010 | |||
Duduk Berdiri Lari |
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2010.
Berdasarkan tabel tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa frekuensi pernafasan pada saat duduk garis lurus, pada saat berdiri frekuensinya agak bergelombang, pada saat berlari menjadi sangat bergelombang. Perbedaan tersebut disebabkan karena adannya perbedaan aktivitas yang dilakukan oleh masing-masing sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2010) yang menyatakan bahwa frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin serta aktifitas.
Dari table tersebut dapat pula diketahui bahwa frekuensi pernafasan yang paling tinggi adalah frekuensi pernasan yang di ukur setelah berlari. Hal ini disebabkan karena pada saat berlari terbentuk hutang oksigen dimana untuk melakukan pemenuhan oksigen ketika berlari terjadi glikolisis an aerob sehingga terjadi perubahan glukosa menjadi asam piruvat tanpa membutuhkan oksigen. Sedangkan pada saat berhenti berlari maka terjadi peningkatan frekuensi pernafasan akibat terjadinya proses fosforilasi oksidatif dimana sebagian besar asam laktat akan diubah menjadi glukosa yang dikembalikan kembali menjadi glikogen otot dan penyaluran oksigen akan normal kembali. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2010) yang menyatakan bahwa penggunaan energi oleh otot dengan laju kontraksi dalam aktifitas yang tinggi maka dibutuhkan glikogen dalam jumlah yang besar. Jika kecepatan penyaluran oksigen tidak sesuai dengan kebutuhan untuk fosforilasi oksidatif maka kebutuhan tersebut akan terpenuhi melalui glikolisis anaerobik. Dimana jumlah yang dibutuhkan untuk memindahkan asam laktat merupakan hutang oksigen, yang dapat terbayar melalui proses bernafas sedalam-dalamnya sampai hutang ini terbayar.
Proses pernafasan merupakan hal penting bagi kelangsungan hidup suatu organisme di muka bumi ini, dimana proses pernafasan terdiri dari ekspirasi atau menghembuskan udara serta inspirasi atau menghirup udara. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonima (2010) yang menyatakan bahwa proses pernapasan terdiri dari dua kegiatan, yaitu menghirup udara atau menarik napas dan menghembuskan udara atau mengeluarkan napas. Menghirup udara disebut inspirasi dan menghembuskan udara disebut ekspirasi. Berdasarkan bagian tubuh yang mengatur kembang kempisnya paru-paru, pernapasan dapat dibedakan menjadi pernapasan dada (pernapasan tulang rusuk) dan pernapasan perut (pernapasan diafragma).
B. Proses Menelan
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil mengenai proses menelan sebagai berikut :
Tabel 18. Hasil Pengamatan Proses Menelan pada Berbagai Perlakuan
No. | Perlakuan | Kemampuan Menelan | |
Laki-laki | Perempuan | ||
1. | Menelan dengan bolus | | - |
2. | Menelan dengan bolus kering | | - |
3. | Menelan dengan bolus basah | | + |
4. | Menelan dengan posisi terbalik | | + |
5. | Menelan dengan larinx terangkat | | - |
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2010.
Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa perempuan memiliki kemampuan dalam menelan suatu jenis makanan dalam posisi yang berbeda-beda. Dimana pada saat menelan yang dengan bolus memiliki respon negatif serta bolus basah, menelan pada posisi terbalik meberikan respon yang bernilai positif sedangkan pada saat menelan dengan bolus kering, dan larinx yang terangkat menghasilkan respon yang bernilai negatif, dimana pada posisi-posisi tersebut makanan sulit untuk ditelan. Hal ini disebabkan karena saat menelan dengan bolus kering saliva tidak dimanfaatkan sebagai pelarut makanan yang membantu proses pencernaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimb (2010) yang menyatakan bahwa di dalam mulut terkandung kelenjar ludah yang berfungsi untuk 1) memungkinkan makanan dikunyah oleh gigi dan dibentuk ke dalam bolus, gumpalan yang dapat ditelan, 2) ptyalin, enzim dalam saliva mengubah karbohidrat menjadi maltose serta 3) melembabkan lidah dan bagian mulut dalam, memungkinkan mulut bergerak saat bicara. Kekurangan saliva pada mulut menyebabkan mulut kering serta kesulitan dalam menelan.
Disamping itu ketika menelan dengan posisi terbalik serta larynx tertahan juga tidak dapat dilakukan proses menelan dengan baik karena larynx sebagai saluran pencernaan ditahan yang menyebabkan makanan sulit untuk dilanjutkan atau diteruskan pada posisi selanjutnya. Demikian pula halnya pada saat posisi terbalik dimana kepala sebagai pusat koordinasi tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik pada saat pencernaan karena posisi organ-organ pencernaan terbalik dan tidak bisa melakukan aktivitas yang semestinya terutama untuk mengunyah dan mensekresikan kelenjar saliva. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimb (2010) yang menyatakan bahwa deglutisi atau proses menelan, terbagi menjadi berbagai tahap. Pertama bergeraknya makanan atau air melalui mulut, kemudian bergeraknya bahan tersebut ke dalam farinks selanjutnya ke esophagus sebelum masuk ke perut. Makanan yang masuk di dalam mulut dipotong dan dihancurkan oleh gigi dan dilembabkan oleh saliva membentuk bolus, massa berlapis saliva. Kekurangan saliva pada mulut menyebabkan mulut kering serta kesulitan dalam menelan.
C. Ekskresi Urine
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil mengenai ekskresi atau pengeluaran urine sebagai berikut :
Tabel 19. Hasil Pengamatan Ekskresi Urine
No | Jenis Minuman | JK | Berat Jenis | Warna | Volume (ml) | Bau |
1. | Teh + Gula | ♂ | 1,1 | Kuning Pucat | 60 | Khas |
2. | Kopi + Gula | ♀ | 1,26 | Kuning | 118 | Khas |
3. | Susu putih | ♂ | 1,18 | Kuning Pucat | 50 | Tengik |
4. | Susu coklat | ♀ | 1,03 | Kuning Kecoklatan | 95 | Khas |
5. | Air mineral | ♀ | 1,02 | Kuning Keruh | 115 | Khas |
6. | Kopi Asli | ♀ | 1,22 | Kuning Keemasan | 70 | Khas |
7. | Sirup | ♂ | 1,22 | Kuning Pucat | 70 | Khas |
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2009.
Berdasarkan tabel tersebut maka diperoleh hasil bahwa ekskresi urine yang dihasilkan dari meminum Kopi+Gula lebih besar dibandingkan dengan meminum jenis minuman yang lain, hal ini disebabkan karena kadar air dari Kopi+Gula lebih encer sehingga volume urine yang dihasilkan lebih besar. Sedangkan berdasarkan berat jenisnya, urine yang memiliki berat jenis yang tertinggi adalah urine yang berasal dari minum susu coklat karena konsistensi dari jenis minuman ini lebih pekat sehingga menghasilkan urine yang memiliki berat jenis yang tinggi. Namun jika dilihat dari segi warna, masing-masing urine yang dihasilkan memiliki warna yang berbeda, tergantung dari jenis minuman yang diminum. Namun jika dilihat dari segi bau masing-masing urine yang dihasilkan memiliki bau yang hampir seragam yaitu berbau khas. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimc (2010) yang menyatakan bahwa selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh faktor-faktor berikut Jumlah air yang diminum, Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak. Serta dipengaruhi oleh saraf dan banyak sedikitnya hormon insulin.
Lebih lanjut diungkapkan oleh Anonimb (2010) yang menyatakan bahwa urine yang dikeluarkan oleh tubuh dalam sehari dapat berjumlah 900-1500 ml per 24 jam, bervariasi dengan asupan cairan dan jumlah kehilangan cairan melalui rute lain. Rata-rata berat jenis urine berkisar antara 1,002-1,030 (petunjuk jumlah zat yang terlarut dalam urine). Urine bersifat asam dengan pH sekitar 6,0 (dengan diet biasa). Warna yang ditimbulkan oleh urine merupakan penaruh dari urokrom yang pigmen asalnya tidak pasti). Komposisi dari urine yaitu air, urea 20-30 gr/jam, asam urat 0,6 gr/24 jam, kretinin 1-2 gr/24 jam, ammonia, natrium, klorida, kalium, sulfat, serta fosfat.
Menurut Supripto (1998) bahwa fungsi eksresi saling terkait dengan osmoregulasi. Setiap permukaan yang bersifat permeabel serta berlangsung memisahkan ruangan yang mengandung hasil eksresi dengan lingkungannya, mempunyai potensi sebagai eksresi. Pada hewan tingkat tinggi derajatnya organ eksresi yang khusus dikembangkan untuk alat pembuangan eksresi yaitu ginjal.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Fisiologi Ternak Dasar maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Frekuensi pernafasan pada saat duduk garis lurus, pada saat berdiri frekuensinya agak bergelombang, pada saat berlari menjadi sangat bergelombang.
2. Perempuan memiliki kemampuan dalam menelan suatu jenis makanan dalam posisi yang berbeda-beda. Dimana pada saat menelan yang dengan bolus memiliki respon negatif serta bolus basah, menelan pada posisi terbalik meberikan respon yang bernilai positif sedangkan pada saat menelan dengan bolus kering, dan larinx yang terangkat menghasilkan respon yang bernilai negatif, dimana pada posisi-posisi tersebut makanan sulit untuk ditelan.
3. Ekskresi urine yang dihasilkan dari meminum Kopi+Gula lebih besar dibandingkan dengan meminum jenis minuman yang lain.
Saran
Sebaiknya bahan-bahan yang akan dipakai telah tersedia di laboratorium. Agar praktikum dapat berjalan dengan lebih lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Respirasi. http://wikipedia.com (Diakses 8 Maret 2010).
Anonima. 2010. Pernapasan. http://org.com (Diakses 8 Maret 2010).
Anonimb. 2010. Eksresi. http://www.ittelkom.ac.id/ (Diakses 8 Maret 2010).
Anonimc. 2010. Urine. http://www.jevuska.com/ (Diakses 8 Maret 2010).
Supripto. 1998. Fisiologi Hewan. Penerbit ITB. Bandung
Sonjaya,H. 2010. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar